Langsung ke konten utama

Awal ku Mengenalmu

Sore itu aku memilih Tembalang untuk menjadi tempat singgah ku, Anantari Coffee namanya. 

Aku duduk seorang sendiri dengan di temani segelas kopi anantarian, snack platter, laptop, dan buku.


Jam menunjukkan pukul 20:00 WIB


Aku ingat dengan aroma parfum yang sering kamu pakai, yang juga menjadi wangi favorite ku setelah kopi. Sialnya di malam itu samar-samar aku mencium wangi yang sama.


Tiba-tiba aku teringat kembali

Saat pertama kali kamu datang kerumah untuk menjemputku dan bertemu dengan ibuku, kamu meminta izin untuk mengajak ku keluar. Sesampainya di coffeeshop kamu melepas jaket dan menitipkannya kepadaku. 

"harum ya" ucapku

"gimana kamu suka?" balasmu

"iya" aku mengangguk

"mulai sekarang inget wangi ini ya. parfum ini akan selalu aku pakai setiap jalan sama kamu.”

Aku tersenyum


Semakin ku ingat semakin kuat juga wangi parfum tersebut, mataku berpaling dari buku dan menatap sekitar, untuk mencari sumber wangi itu.


Tak lama setelahnya muncul seorang laki-laki dengan postur tubuh yang mirip denganmu, ternyata... dia lah sumber wangi itu. Duduklah ia seorang diri di sebelahku, dengan santai ia melepas masker yang ia kenakan. Dengan pelan aku melihat wajahnya.


Ahh... sialnya itu bukan kamu.


Di saat itulah aku mengenalmu kembali melalui aroma parfum itu.















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebisingan

"Bagaimana jika itu terjadi?"   Ibu sering kali memberikan sebuah nasihat yang sederhana namun penuh dengan makna mendalam, "Nak, carilah pasangan yang berbeda dari ayahmu." Kalimat itu terdengar lembut, tetapi mengandung ketegasan yang sulit untuk diabaikan. Meskipun sering kali terucap dengan nada tenang, ucapan tersebut selalu membekas di ingatan. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik nasihat tersebut, sesuatu yang menimbulkan rasa penasaran yang mendalam. Pada suatu hari, keinginan untuk memahami sepenuhnya maksud Ibu tidak lagi bisa tertahan, sehingga sebuah pertanyaan muncul, "Mengapa, Bu? Apa yang membuat Ibu berkata seperti itu?" Pertanyaan tersebut terucap dengan hati-hati, berharap bisa memperoleh jawaban yang memuaskan. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Ibu hanya terdiam, seolah memikirkan sesuatu yang sangat dalam, namun tak kunjung mengungkapkannya. Tidak ada penjelasan yang diberikan, tidak ada kata tambahan yang keluar dari bibirnya. ...

Rasa & Asa

“Beribu kata rindu untuk Singkarak” Beribu kata rindu tak pernah cukup untuk melukiskan rasa rindu padanya, Singkarak. Setiap kali ingatan kembali pada nama itu, terbayang lagi perjalananku melewati jalan panjang yang berliku-liku, menembus lembah dan bukit yang berdiri kokoh seperti penjaga alam. Di sepanjang jalan Batipuh, setiap tikungan serasa menawarkan cerita baru. Ada udara segar yang menampar wajah, bunyi gemerisik daun di atas kepala, dan riak angin yang seakan membisiki pesan-pesan alam. Setiap langkah membawa dekat pada sebuah surga tersembunyi, dan ketika Singkarak terlihat di kejauhan, hatiku merasa tenang, seolah menemukan kedamaian yang selama ini kucari. Di perjalanan menuju tempat singgah, embun pagi yang menetes dari dedaunan menyegarkan, menciptakan suasana yang magis. Matahari yang mulai muncul di balik bukit menyinari pemandangan, membuatnya seolah berpendar dalam warna-warna alami yang tak bisa tergantikan. Aku bisa merasakan bagaimana Singkarak dengan seluruh pes...

Salah menaruh hati.

“Jika di ingat lama rasanya tidak merasakan Butterfly Era, dan hari ini aku merasakan itu atas kehadirannya, yang ternyata hadirnya hanya menambah luka lama”   Awalnya aku sudah lupa bagaimana rasanya jatuh cinta, tanpa sengaja seseorang datang membawa duplikat cerita lama. Dejavu? Iya, kurasa. Rasa yang sama waktu seseorang di masa lalu hadir di kehidupanku. Berawal saat kamu mengajak untuk berkenalan, ternyata kamu dan aku memiliki banyak kesamaan. Sepekan sudah kita melakukan panggilan suara setiap malam, izinkan aku menceritakannya disini, saat itu aku mendengar dering telepon dari balik handphone, dengan tergesa-gesa aku mengambilnya, ternyata itu kamu. Random sekali malam itu pembicaraan kita berdua, saking randomnya sampai lupa waktu, hehe. Lalu, kamu mengajakku untuk menikmati indahnya panorama, terduduk aku dan kamu disebuah taman kota, dengan jajanan yang sudah di beli bersama.  Entah mengapa aku merasakan kenyamanan saat berada di sebelahmu, kita kemas sore itu ...