2:23, 23/02/2023
“Tapi,
jika diingat lagi effortku terlalu besar untuk kamu yang selalu membiarkan aku
feeling lonely. Sebenarnya harus sampai kapan ya seperti ini? Cape iya, tapi
kalau enggak sama kamu aku enggak bisa
<3”
Aku akan mengingatmu sebagai seorang yang ku
banggakan, sebagai seseorang yang pernah membahagiakan. Membenci itu melelahkan
dan aku tidak akan pernah bisa. Sejauh ini rasanya biasa saja, seseorang yang
selalu bersamaku hingga larut malam entah sekarang bersama siapa ia
menghabiskan malam. Seseorang yang menjadi tujuan utama lekukan tajam itu
terbentuk, tempat nyaman meluapkan semua keluh kesah yang terjadi, sekarang
rasanya semua sudah berubah but it’s okay. Sengaja aku tinggal jejak di sebuah
kertas yang tersusun rapi di dalam dokumen perihal ke-absurd-an mu dan sebuah
klise yang abadi di karyaku, kamu tau? Kamu tetap
menjadi karakter utama itu. Terlepas dari hilangnya harap, hanya terimakasih
atas segalanya yang ingin ku ucap dihadapmu. Kamu tahu apa? Bagaimana rasanya
melepaskan tapi masih ingin bertahan? Apakah aku merasa seperti putus asa
melupakanmu, tapi masih sangat mencintaimu? Aku enggak sekuat itu, aku enggak
tahu lagi harus bagaimana, rasanya ingin balik tapi mustahil, tidak mungkin
jika sejauh ini kamu ingin kembali, bagaimana harimu sekarang, aku yakin kamu
sudah menemukan apa yang kamu inginkan. Hari ini aku bahagia tau karena bisa
membuka obrolan panjang sama kamu, ya.. memang
obrolan itu bukan tentang aku dan kamu. Sehari tanpa mendengar kabar darimu itu
sulit, dan ketika tiba-tiba kamu menghubungiku
menanyakan kabar menanyakan bagaimana harimu hari ini, teringat dengan obrolan
kita saat masih bersama, seolah aku kembali ke masa itu. Masa di mana tidak ada
kecanggungan saat bersama saling bertatap ketika
berbincang, selayaknya dua sejoli yang sedang jatuh cinta.
“Otak adalah
memori terkuat untuk mengingat, baik kesedihan maupun kebahagiaan.”
Suatu kalimat yang berkesan sedang bercerita bahwa
masa lalu memiliki banyak kebahagiaan jika dibanding kesedihan. Untuk sekarang
mungkin sudah bertentangan, kesedihan lah yang menjadi pemenang disetiap detik
dan momen. Tidak ada kebahagiaan lagi setelah hari itu, yang ada hanya kumpulan
dialog yang pilu.
Seorang kawan bertanya kepadaku, apa alasanmu
menjauhinya, padahal kamu masih sangat mencintainya? Singkatnya begini, aku
suka hujan tapi sekarang aku menjauhinya karena enggak mau sakit. Satu yang ku
takutkan, jika sudah terlanjur berharap susah untuk lupa, kenyataannya aku
sudah berada di fase itu, fase dimana tempat yang ku lalui, aku singgahi
memiliki kenangan yang rapi tanpa adanya kelanjutan cerita. Aku tidak akan
pernah memulai cerita baru jika bagian dari cerita lama belum selesai. Aku
takut menyakiti orang baru hanya karena aku belum selesai dengan masa laluku.
Untukku, ragamu masih selalu ada dan kukenang seutuhnya walaupun
ketidakhadiranmu sekarang disampingku. Untuk nyata jika aku masih suka membuka
chat lama yang kita buat Bersama, beberapa foto berdua yang masih ada di salah
satu album di galeriku, bahkan foto pribadimu yang terabadikan di kamera masih
kusimpan juga. Maaf kalau aku suka bohong sudah tidak peduli denganmu, tetapi
dengan balasan cepat yang ku buat itu bukti bahwa aku masih peduli sepenuhnya
denganmu.
Temanku menjadi saksi kebodohanku saat menaruh rasa
di kamu, close friend ku jika bisa berbicara akan membeberkan
semua isi nya. Bodohnya aku yang masih mengharap padahal sudah tahu tuhan tidak
memberi jalan. Aku pernah meminta ke Tuhan untuk mempersatukan, tidak harus
berhubungan lagi, sekedar berteman saja sudah cukup bagiku, asal sama kamu.
Bahkan jika aku menemukan yang lain untuk mengisi ruang kosong, bahkan jika aku
mencoba untuk melepaskan, hati akan tetap berdetak untukmu. Aku terlalu banyak
memberi kesempatan hingga aku ada di titik lelah untuk bersabar. Aku gatau kamu
bakalan baca ini atau enggak, yang jelas aku pengen perasaanku lega aja karena
kayaknya aku enggak bisa lupain kamu, jadi aku puas-puasin aja mengenangmu,
dengan bacain ceritanya disini.
Takut aku kehilangan kamu itu nyata, ketika aku
berusaha baik-baik saja didepanmu tanpa menyangkutkan masa lalu. Bisa enggak
kita Kembali lagi? Jangan ada kata asing diantara dua manusia penuh dosa ini.
Tapi takdir adalah kehendak Allah, sedangkan doa adalah kehendak kita.
Terkadang Allah mengubah kehendaknya untuk mengabulkan kehendak kita. Orang
baru secara sengaja datang tanpa di minta. Setiap bersamanya tetap yang ada di
otakku hanya kamu, tidak bisa diubah namamu yang sudah lama terperangkap di
otak.
To my favorite person, jika memperjuangkanmu
membuat luka besar, aku memilih menyerah walaupun saat memejamkan mata yang
kulihat tetaplah kamu.
Inilah ceritaku, tentang kita dulu.
-END-
Komentar
Posting Komentar