Langsung ke konten utama

Sang Alam

Di suatu hutan yang tenang, di mana embun pagi bertasbih dan berpantang, menyimpan aroma lembab yang merata, menyapa jiwa, memberi rasa bahagia. Manusia melangkah dengan hati terbuka, menghirup keindahan tuk merasakan rasa. Di antara pepohonan yang rimbun dan hijau, hidup tumbuhan, binatang saling mengadu. Burung berkicau melukis nada, menari di dahan menanti Cahaya. Kupu-kupu berterbangan menghias udara dengan sayap lembut yang bersinar ceria. Manusia menjalin cerita, saling mengenal tanpa jarak yang membentang. Bersama hewan tumbuhan dan alam, menggores kehidupan berjuang dalam damai. Rusa berkeliaran di padang yang sepi, sementara harimau bersembunyi penuh hati. Saling mengawasi menjaga keseimbangan, setiap makhluk memainkan perannya penuh harapan.

Dalam tenangnya ia berbicara, menyampaikan pesan, tak terbaca oleh suara. Keharmonisan, cinta, dan saling pengertian, membentuk symphony dalam setiap pertemuan. Sang matahari mulai menyinari, menghangatkan bumi menghapus sepi. Manusia, tumbuhan, dan Binatang berjumpa di alamnya yang tenang penuh bahagia. Namun, dalam kebersamaan yang berharga, terdapat ancaman yang selalu mengintai dari jauh. Manusia sering kali melupakan jiwa, mengambil lalu merusak seolah tak peduli pada suara. Ia bergetar dalam rasa hampa, Ketika pohon tumbang dan Sungai kering tanpa suara. Tapi, di Tengah kesedihan dan duka, masih ada harapan dari Cahaya yang membara.

Dengan sepenuh hati, manusia berjanji, untuk menjaga hutan, mencintai dan berbakti, semua yang ada menjadi satu keluarga dalam kehidupan yang nyata. Dengan langkah pasti, manusia melangkah, menyusuri jalan tanpa ada rasa gundah. Matahari bersinar menembus celah daun, memberi Cahaya menghangatkan harapan. Di tepi sungai yang berkelok indah, ikan-ikan melompat, menari riang dalam air. Suara riang burung berkicau tinggi, menghiasi langit, membawa pesan suci.

“Saling menjaga, jangan sekali pergi, Hutan ini milik kita, jagalah dengan hati.”

Sang raja hutan, singa yang perkasa, berdiri anggun, tatapannya tajam dan bijaksana. 

“Ketika kita bersatu, tak ada yang dapat menghancurkan, di sinilah tempat kita, di sini kita kan bertahan.”

Tumbuhan merunduk, mendengarkan sabda, mengajarkan kita untuk bersahabat, tak hanya menduga. Setiap daun dan akar, memiliki cerita, saling terhubung, membentuk harmoni yang nyata. Namun di suatu sudut, datanglah badai yang lancang mengguncang ketenangan, menciptakan resah yang tinggi. Angin berdesir, petir menggelegar, membawa kabar buruk,

“Siapakah yang berani merusak kedamaian ini? Siapakah yang membabi buta mengabaikan harmoni?”

Seru singa dengan suara menggema, Semua makhluk menunggu, siap menghadapi semua.

Tapi di antara kekacauan, ada harapan, dari akar dan ranting, muncul sebuah kekuatan. Tumbuhan berakar kuat, saling bersandar, bersama mereka akan menciptakan benteng yang tak terpisah. Dengan cahaya bulan yang bersinar lembut, hutan bersatu, memperkuat rasa penuh syukur. Mereka menari, melawan arus yang kuat, menjaga rumah ini, tak akan pernah surut. Kembali manusia berdiri dengan penuh tekad, berjanji untuk menjaga, menghormati alam yang megah.

“Di sini kita hidup, di sini kita tumbuh, bersama semua makhluk, tanpa rasa ragu.”

Dengan suara lembut, hutan berbisik,

“Bersama kita bisa, jangan sekali lagi terpisah. Cinta dan penghormatan adalah kunci, Untuk masa depan yang cerah, dalam harmoni abadi.”

Dan ketika fajar menyingsing kembali, hutan ini bersinar, menghapus segala misteri.  Manusia, tumbuhan, dan binatang bersatu, dalam kebersamaan, takkan pernah terputus.

Waktu berlalu, hutan semakin bersinar, dengan setiap usaha, harapan jadi nyata. manusia dan alam, bersatu dalam karya, membangun masa depan, penuh cinta yang membara. Setiap hari baru, jadi kesempatan, mempelajari hutan, menggali pemahaman. tumbuhan berbagi rahasia, burung bernyanyi, harmonisasi kehidupan, tiada henti bersemi.

Di tengah hutan, sebuah festival digelar, bersama merayakan cinta, warga berkumpul, tawa dan keceriaan, menghadirkan warna, di setiap perayaan. Anak-anak berlari, mengejar kupu-kupu, menggenggam kebahagiaan, membebaskan jiwa yang ragu. Tua muda bergandeng, di bawah sinar bulan, bersyukur atas anugerah, di tanah yang subur dan aman. Singa mengawasi, dengan tatapan bangga, melihat semua makhluk, hidup dalam suka. 

“Ketika kita bersatu, tiada yang tak mungkin, hutan ini adalah rumah, mari kita jaga hingga akhir.”

Di sudut lain, seorang lelaki bijak, mengajarkan anak-anak, tentang kehidupan yang dekat. 

“Mendengar alam berbicara, adalah cara untuk belajar, setiap pohon, setiap hewan, memiliki makna yang besar.”

“Jangan lupakan akar, yang menghubungkan kita, hargai setiap makhluk, di dunia yang ada. 

Dengan rasa cinta dan pengertian mendalam, kita akan terus tumbuh, di hutan yang tenang.”

Tumbuhan berbisik, di antara angin sepoi, 

“Cinta adalah jembatan, antara kita semua, ari kita pupuk dengan kasih dan rasa, membangun masa depan, di hutan yang indah ini.”

Malam tiba, bintang bersinar cerah, bersama mereka, harapan takkan sirna. Manusia, binatang, dan tumbuhan berjanji, menjaga keindahan, selamanya dalam harmoni. Ketika fajar menyingsing kembali, cahaya baru membangkitkan semangat jiwa, hutan yang tenang, menjadi cermin hidup, dengan cinta yang tulus, menuntun langkah kita. Begitulah cerita, di tengah alam yang megah, tentang persahabatan, harapan, dan rasa syukur yang dalam. Di hutan yang tenang, kita semua bersatu, menjaga kehidupan, di bawah langit biru.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebisingan

"Bagaimana jika itu terjadi?"   Ibu sering kali memberikan sebuah nasihat yang sederhana namun penuh dengan makna mendalam, "Nak, carilah pasangan yang berbeda dari ayahmu." Kalimat itu terdengar lembut, tetapi mengandung ketegasan yang sulit untuk diabaikan. Meskipun sering kali terucap dengan nada tenang, ucapan tersebut selalu membekas di ingatan. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik nasihat tersebut, sesuatu yang menimbulkan rasa penasaran yang mendalam. Pada suatu hari, keinginan untuk memahami sepenuhnya maksud Ibu tidak lagi bisa tertahan, sehingga sebuah pertanyaan muncul, "Mengapa, Bu? Apa yang membuat Ibu berkata seperti itu?" Pertanyaan tersebut terucap dengan hati-hati, berharap bisa memperoleh jawaban yang memuaskan. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Ibu hanya terdiam, seolah memikirkan sesuatu yang sangat dalam, namun tak kunjung mengungkapkannya. Tidak ada penjelasan yang diberikan, tidak ada kata tambahan yang keluar dari bibirnya. ...

Rasa & Asa

“Beribu kata rindu untuk Singkarak” Beribu kata rindu tak pernah cukup untuk melukiskan rasa rindu padanya, Singkarak. Setiap kali ingatan kembali pada nama itu, terbayang lagi perjalananku melewati jalan panjang yang berliku-liku, menembus lembah dan bukit yang berdiri kokoh seperti penjaga alam. Di sepanjang jalan Batipuh, setiap tikungan serasa menawarkan cerita baru. Ada udara segar yang menampar wajah, bunyi gemerisik daun di atas kepala, dan riak angin yang seakan membisiki pesan-pesan alam. Setiap langkah membawa dekat pada sebuah surga tersembunyi, dan ketika Singkarak terlihat di kejauhan, hatiku merasa tenang, seolah menemukan kedamaian yang selama ini kucari. Di perjalanan menuju tempat singgah, embun pagi yang menetes dari dedaunan menyegarkan, menciptakan suasana yang magis. Matahari yang mulai muncul di balik bukit menyinari pemandangan, membuatnya seolah berpendar dalam warna-warna alami yang tak bisa tergantikan. Aku bisa merasakan bagaimana Singkarak dengan seluruh pes...

Salah menaruh hati.

“Jika di ingat lama rasanya tidak merasakan Butterfly Era, dan hari ini aku merasakan itu atas kehadirannya, yang ternyata hadirnya hanya menambah luka lama”   Awalnya aku sudah lupa bagaimana rasanya jatuh cinta, tanpa sengaja seseorang datang membawa duplikat cerita lama. Dejavu? Iya, kurasa. Rasa yang sama waktu seseorang di masa lalu hadir di kehidupanku. Berawal saat kamu mengajak untuk berkenalan, ternyata kamu dan aku memiliki banyak kesamaan. Sepekan sudah kita melakukan panggilan suara setiap malam, izinkan aku menceritakannya disini, saat itu aku mendengar dering telepon dari balik handphone, dengan tergesa-gesa aku mengambilnya, ternyata itu kamu. Random sekali malam itu pembicaraan kita berdua, saking randomnya sampai lupa waktu, hehe. Lalu, kamu mengajakku untuk menikmati indahnya panorama, terduduk aku dan kamu disebuah taman kota, dengan jajanan yang sudah di beli bersama.  Entah mengapa aku merasakan kenyamanan saat berada di sebelahmu, kita kemas sore itu ...