Langsung ke konten utama

Postingan

Rasa & Asa

Postingan terbaru

Sang Alam

Di suatu hutan yang tenang, di mana embun pagi bertasbih dan berpantang, menyimpan aroma lembab yang merata, menyapa jiwa, memberi rasa bahagia. Manusia melangkah dengan hati terbuka, menghirup keindahan tuk merasakan rasa. Di antara pepohonan yang rimbun dan hijau, hidup tumbuhan, binatang saling mengadu. Burung berkicau melukis nada, menari di dahan menanti Cahaya. Kupu-kupu berterbangan menghias udara dengan sayap lembut yang bersinar ceria. Manusia menjalin cerita, saling mengenal tanpa jarak yang membentang. Bersama hewan tumbuhan dan alam, menggores kehidupan berjuang dalam damai. Rusa berkeliaran di padang yang sepi, sementara harimau bersembunyi penuh hati. Saling mengawasi menjaga keseimbangan, setiap makhluk memainkan perannya penuh harapan. Dalam tenangnya ia berbicara, menyampaikan pesan, tak terbaca oleh suara. Keharmonisan, cinta, dan saling pengertian, membentuk symphony dalam setiap pertemuan. Sang matahari mulai menyinari, menghangatkan bumi menghapus sepi. Manusia, ...

Kebisingan

"Bagaimana jika itu terjadi?"   Ibu sering kali memberikan sebuah nasihat yang sederhana namun penuh dengan makna mendalam, "Nak, carilah pasangan yang berbeda dari ayahmu." Kalimat itu terdengar lembut, tetapi mengandung ketegasan yang sulit untuk diabaikan. Meskipun sering kali terucap dengan nada tenang, ucapan tersebut selalu membekas di ingatan. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik nasihat tersebut, sesuatu yang menimbulkan rasa penasaran yang mendalam. Pada suatu hari, keinginan untuk memahami sepenuhnya maksud Ibu tidak lagi bisa tertahan, sehingga sebuah pertanyaan muncul, "Mengapa, Bu? Apa yang membuat Ibu berkata seperti itu?" Pertanyaan tersebut terucap dengan hati-hati, berharap bisa memperoleh jawaban yang memuaskan. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Ibu hanya terdiam, seolah memikirkan sesuatu yang sangat dalam, namun tak kunjung mengungkapkannya. Tidak ada penjelasan yang diberikan, tidak ada kata tambahan yang keluar dari bibirnya. ...

Salah menaruh hati.

“Jika di ingat lama rasanya tidak merasakan Butterfly Era, dan hari ini aku merasakan itu atas kehadirannya, yang ternyata hadirnya hanya menambah luka lama”   Awalnya aku sudah lupa bagaimana rasanya jatuh cinta, tanpa sengaja seseorang datang membawa duplikat cerita lama. Dejavu? Iya, kurasa. Rasa yang sama waktu seseorang di masa lalu hadir di kehidupanku. Berawal saat kamu mengajak untuk berkenalan, ternyata kamu dan aku memiliki banyak kesamaan. Sepekan sudah kita melakukan panggilan suara setiap malam, izinkan aku menceritakannya disini, saat itu aku mendengar dering telepon dari balik handphone, dengan tergesa-gesa aku mengambilnya, ternyata itu kamu. Random sekali malam itu pembicaraan kita berdua, saking randomnya sampai lupa waktu, hehe. Lalu, kamu mengajakku untuk menikmati indahnya panorama, terduduk aku dan kamu disebuah taman kota, dengan jajanan yang sudah di beli bersama.  Entah mengapa aku merasakan kenyamanan saat berada di sebelahmu, kita kemas sore itu ...

Tentangmu

  2:23, 23/02/2023 “ Tapi, jika diingat lagi effortku terlalu besar untuk kamu yang selalu membiarkan aku feeling lonely. Sebenarnya harus sampai kapan ya seperti ini? Cape iya, tapi kalau enggak sama kamu aku  enggak  bisa <3 ”   Aku akan mengingatmu sebagai seorang yang ku banggakan, sebagai seseorang yang pernah membahagiakan. Membenci itu melelahkan dan aku tidak akan pernah bisa. Sejauh ini rasanya biasa saja, seseorang yang selalu bersamaku hingga larut malam entah sekarang bersama siapa ia menghabiskan malam. Seseorang yang menjadi tujuan utama lekukan tajam itu terbentuk, tempat nyaman meluapkan semua keluh kesah yang terjadi, sekarang rasanya semua sudah berubah but it’s okay. Sengaja aku tinggal jejak di sebuah kertas yang tersusun rapi di dalam dokumen perihal ke-absurd-an mu dan sebuah klise yang abadi di karyaku, kamu  tau? Kamu  tetap menjadi karakter utama itu. Terlepas dari hilangnya harap, hanya terimakasih atas segalanya yang ingin ku u...

Awal ku Mengenalmu

Sore itu aku memilih Tembalang untuk menjadi tempat singgah ku, Anantari Coffee namanya.  Aku duduk seorang sendiri dengan di temani segelas kopi anantarian, snack platter, laptop, dan buku. Jam menunjukkan pukul 20:00 WIB Aku ingat dengan aroma parfum yang sering kamu pakai, yang juga menjadi wangi favorite ku setelah kopi. Sialnya di malam itu samar-samar aku mencium wangi yang sama. Tiba-tiba aku teringat kembali Saat pertama kali kamu datang kerumah untuk menjemputku dan bertemu dengan ibuku, kamu meminta izin untuk mengajak ku keluar. Sesampainya di coffeeshop kamu melepas jaket dan menitipkannya kepadaku.  "harum ya" ucapku "gimana kamu suka?" balasmu "iya" aku mengangguk "mulai sekarang inget wangi ini ya. parfum ini akan selalu aku pakai setiap jalan sama kamu.” Aku tersenyum Semakin ku ingat semakin kuat juga wangi parfum tersebut, mataku berpaling dari buku dan menatap sekitar, untuk mencari sumber wangi itu. Tak lama setelahnya muncul seora...